Wecare Jatim – Harga Minyak mentah dunia memang terpantau semakin bertambah sejak pertengahan bulan Agustus lalu, namun penurunan harga minyak saja belum cukup untuk menekan beban subsidi BBM. Kenaikan harga BBM ini terjadi saat harga minyak turun.
Dilansir dari data Refinitiv, pekan ini harga minyak mentah jenis Bret melemah 7,89%menjadi US$93,02/ barel secara point-to-point. Sedangkan sejenis Light Sweet atau West Texas Intermediate (WTI) harga pekan ini US$ 86,87/ barel atau melemah 6,65% dalam sepekan.
Kenaikan harga BBM subsidi di tengah pelemahan harga minyak global terjadi karena potensi membengkaknya subsidi yan di bayarkan pemerintah jika harga Pertalite dan Pertamax terus di tahan pemerintah. Kenaikan harga BBM subsidi ini telah lama terlihat dari fluktuasi harga minyak mentah dunia.
Pemeintah telah menyesuaikan asumsi APBN terhadap Indonesia Crude Price dari harga sebelumnya US$ 63/barel menjadi US$ 100/barel. Asumsi nilai tukar diterapkan Rp 14.700/US$, dan volume pertalite diperkirakan akan mencapai 29jt kilo liter serta volume solar bersubsidi mencapai 17,44 jt kilo liter.
Jika sebelumnya, melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 98 Tahun 2022, pemerintah telas menaikkan anggaran subsidi dan kompensasi energi menjadi tiga kali lipat. Subsidi BBMdan elpiji naik dari Rp77,5 triliun menjadi Rp 149,4 trilun serta subsidi listrik dari Rp 56,5 triliun menjadi Rp 59,6 triliun. Sementara, kompensasi untuk BBM dari Rp 18,5 triliun menjadi Rp 252,5 triliun serta kompensasi untuk listrik naik dari Rp 0 menjadi Rp 41 triliun.
“kami terus mengalami perhitungan dengan harga ICP yang turun ke US$ 90 sekalipun maka subsidi masih akan besar “ ungkap Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati
“dengan perhitungan ini maka angka kenaikan subsidi yang waktu itu disampaikan di media dari Rp 502 triliun tetap akan naik. Tidak akan menjadi Rp 698 triliun namun menjadi Rp 653 triliun,“ tambahnya.
Sri Mulyani juga menjelaskan subsidi yang diberikan untuk bantuan sosial bagi masyarakat. pemerintah juga akan memantau perkembangan ICP. Selain dampak inflasi dan pertumbuhan ekonomi serta kemiskinan dari kenaikan BBM.
“perkembangan ICP harus terus dimonitor karena suasana geopolitik dan proyeksi ekonomi dunia bermasalah dinamis. Kami juga akan terus mengalokasikan subsidi bagi masyarakat antara Rp591 triliun apabila harga ICP di US$ 85 atau Rp 605 triliun apabila harga ICP US$ 99,” jelas Sri Mulyani.
Pemerintah memperkirakan bansos yang diberikan dengan tambahan Rp 24,17 triliun, maka pemerintah dapat menahan pertambahan jumlah kemiskinan.
(Redaksi)