Ancaman Resesi Dunia Di tahun 2023

Wecare Jatim- Ekonomi senior Universitas Indonesia Faisal Basri menjelaskan perbedaan kondisi Indonesia saat menghadapi krisis pada tahun 2008 dan ancaman resesi global tahun depan.

Dilansir dari Tempo.co, Rabu (26/10/2022), Faisal menceritakan bahwa krisis yang terjadi pada periode tahun 2008-2009 dipicu oleh krisis finansial global di Amerika Serikat. Saat itu, investasi berbagai sektor hancur yang bermula dari kejatuhan sektor finansial.

banner pulkada

Menurut Faisal Basri, pengaruh krisis terhadap Indonesia pada tahun 2008 itu sangat kecil. Efek penuh krisis baru dirasakan pada tahun 2009, saat pertumbuhan ekonomi global berada di minus 0,1 persen, tapi Indonesia masih bisa mencetak pertumbuhan 4,6 persen.

Hal ini dikarenakan sektor keuangan Indonesia belum terlalu dalam dan tidak terintegrasi dengan sektor keuangan global.

Menurut Faisal, kondisi Indonesia, berbeda halnya dengan Singapura yang perekonomiannya ambles. Negara singa itu merupakan salah satu negara yang terintegrasi degan sistem keuangan global.

Sementara, Indonesia praktis tidak banyak terpengaruh, tidak terjadi kebangkrutan massal, dan tak terjadi kehancuran sektor keuangan.

Sementara itu, Faisal membandingkan dengan Amerika Serikat, usai Lehman Brothers pailit, lalu pemerintah mengkonsolidasikan sejumlah bank besarnya.

“Jadi yang kena adalah negara yang sistem keuangannya terintegrasi dengan sistem keuangan global. Pengaruhnya terbatas,” Dikutip dari Tempo.co.

Adapun dampak krisis saat itu ke warga negara Amerika Serikat, tidak sedikit masyarakat nya yang langsung jatuh miskin.

Mulai dari yang tidak bisa bayar cicilan kredit saat harga perumahan anjlok, dan banyak orang yang seketika tidak punya rumah di sana.

Sedangkan hal tersebut tak terjadi di Indonesia. Krisis saat itu hanya berdampak ke ekspor nasional.

“Ekspor Indonesia juga tidak terlalu besar terhadap PDB, hanya 20 persen, berbeda dengan Singapura, mencapai 170 persen,” Ucap Faisal, dikutip dari Tempo.co.

Jadi, dengan kemungkinan terburuk, bila terjadi resesi pada tahun depan, kalaupun sektor keuangannya terganggu, dampaknya tetap tak terlalu signifikan terhadap Indonesia. Bila kepemilikan saham asing itu dijual, pasar saham tidak akan terlalu jatuh seperti 2009.

Pada tahun 2009, hampir 40 persen utang pemerintah berdenominasi rupiah dipegang oleh investor asing. Saat ini, proporsi tersebut sudah turun drastis menjadi hanya 16 persen.

Hal ini pula yang membuat Faisal tetap optimistis bahwa pengaruh resesi global 2023 akan relatif kecil. Dalam hitungannya, perumbuhan ekonomi global pada tahun depan melambat ke level mendekati 0, tapi belum sampai 0.

Sumber : Tempo.co

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *