Oleh: KH. Taufik Hasyim
Opini – Beberapa hal yg penting yang perlu diperhatikan oleh santri pada saat ini. Pertama, bagaimana santri tetap bisa menjaga akhlak dan tradisi pesantren. Kalau zaman dulu seorang santri rela disuruh apa saja oleh kiai, bahkan rela masuk WC hanya untuk mencari cincin ibu nyai yang jatuh ke WC. Maka, apakah sekarang masih tetap seperti itu atau santri hanya patuh pada kiai dalam urusan tertentu saja dan patuh di saat selera santri itu sama dengan selera kiainya.
Kedua, apakah santri tetap senang dan bangga mengkaji kitab kuning ala salafussalih untuk mendalami kalam-kalam Al-Ghazali, Az-Zarnuji, Al-Syafii, An-Nawawi As-Subki, Al Maturidi, Al Juwaini serta ulama salaf panutan kita (Radiallhu ‘anhum) dan masihkah sesekali dipraktikkan dalam kehidupan nyata sehari-hari sebagai bentuk pengamalan ilmu? Ataukah sudah berubah dimana para santri lebih suka mengkaji ilmu-ilmu masa kini dengan diskusi tanpa makna di hotel-hotel mewah.
Ketiga, apakah riyadloh, mujahadah dan tirakat tetap menghiasi sikap keseharian para santri dengan diringi dzikir malam, qiyamul lail, tadarus qur’an, wirid, dan puasa sunnah menjadi kebiasaan tiap waktu?
Keempat, apakah sikap ikhlas, tawadlu’, qanaah, tawakal, dan sikap-sikap mahmudah lainnya tetap melekat dalam diri tiap santri? Ataukah sudah larut dalam hedonisme, foya-fota dan menuruti nafsu syahwat yang menjadi pikiran, kelakuan dan cita-citanya?
Kelima, di tengah kondisi masyarakat di Era 4.0 dan 5.0 ini, dimana kemajuan teknologi begitu dahsyat yang dampaknya masuk ke segala sektor kehidupan, baik ekonomi, sosial, budaya hingga agama, kita dituntut untuk memiliki keahlian dan berkompetisi dengan sangat cepat. Tidak boleh berhenti, menoleh pun jangan. Sedangkan di sisi lain arus globalisasi dan kapitalisasi sedikit demi sedikit mengkuliti budaya, adat dan ajaran agama kita. Saat inilah, pribadi dan identitas santri dipertaruhkan. Di satu sisi harus menjaga ajaran-ajaran agama dengan istikamah, sementara di sisi yang lain harus berlomba, bergerak dan berlari cepat agar tetap bertahan dan sesuai dengan perubahan zaman. Sebab, jika tidak, santri akan ditinggal jauh oleh peradaban manusia yang terus berpacu dalam ‘berkemajuan’.
Namun, penulis yakin, dengan segala potensinya dan peluang yang ada, insyaAllah santri akan tetap eksis, santri akan tetap hadir di ruang-ruang kehidupan umat untuk ikut memberikan solusi dalam setiap persoalan. Sebab santri adalah khairo ummah yang diturunkan oleh Allah sebagai khalifah-Nya untuk mengelola bumi, memakmurkan bumi, dan memberikan manfaat untuk umat.
Selamat Hari Santri.
Allahul Musta’an…
*) Penulis adalah Ketua PCNU Pamekasan dan Pengasuh Pesantren Sumber Anom dan Pesantren Kali Glagah, sekaligus Rektor IAIMU Pamekasan.