Gen Alpha Rentan Gangguan Mental, Ini Penjelasan Dinkes Magetan

Wecarejatim.com, Magetan – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Magetan, mengungkapkan ratusan Generasi (Gen) Alpha mengalami gangguan mental. Meski demikian, jumlah Gen Alpha yang mengidap gangguan mental tahun ini mengalami penurunan

Gen Alpha adalah kelompok generasi yang lahir setelah Generasi Z, umumnya antara tahun 2010 hingga pertengahan 2020-an. Generasi ini tumbuh di era yang sangat digital dan terhubung, dengan teknologi menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari mereka.

banner pulkada

Berdasarkan skrining kesehatan jiwa di beberapa sekolah, gangguan mental pada Gen Alpha kini berkurang dari sekitar 600 kasus menjadi 483 kasus. Meskipun mengalami penurunan, kesehatan mental remaja tetap menjadi isu penting yang perlu mendapat perhatian.

Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2P) Dinkes Magetan, Suwantiyo, menuturkan kondisi ini sejalan dengan tren nasional. Data menunjukkan bahwa satu dari tiga remaja Indonesia usia 10 hingga 17 tahun mengalami gangguan kesehatan mental, dan setiap tahun, satu dari dua puluh remaja dalam rentang usia tersebut didiagnosis dengan gangguan mental.

“Data ini menjadi dasar penting bagi kami untuk mengambil langkah lanjut dalam pencegahan,” ujarnya, Kamis (7/11/2024)

Namun, Suwantiyo menyampaikan bahwa pihaknya masih memerlukan data lebih mendalam tentang kondisi keluarga remaja yang mengalami gangguan mental.

“Kami butuh survei lebih detail untuk memahami akar permasalahan serta dampaknya terhadap remaja,” tambahnya.

Faktor Penyebab Gangguan Mental pada Gen Alpha di Magetan

Dinkes Magetan mengidentifikasi beberapa faktor yang berperan dalam meningkatnya risiko gangguan mental pada remaja. Berikut adalah beberapa faktor utamanya:

1. Ketidakhadiran Ayah dalam Pengasuhan: Ketidakhadiran ayah dapat menyebabkan ibu merasa kewalahan, sehingga anak merasa tidak mendapat perhatian yang cukup.

2. Orang Tua Terlalu Sibuk: Kesibukan orang tua membuat anak sering diasuh oleh pihak lain, mengakibatkan kurangnya kedekatan emosional dalam keluarga.

3. Ketergantungan pada Gadget dan Media Sosial: Penggunaan gadget yang berlebihan mengurangi interaksi sosial langsung, yang penting bagi perkembangan emosional remaja.

4. Tekanan Akademik yang Tinggi: Tuntutan akademik yang besar membuat remaja rentan mengalami stres.

“Penggunaan gadget secara berlebihan sejak dini bisa memicu fobia sosial, menyebabkan anak cenderung menghindari interaksi sosial,” terang Suwantiyo.

Remaja Generasi Alpha, yang lahir antara 2010 hingga 2025, lebih rentan mengalami fobia sosial. Hal ini disebabkan kurangnya interaksi sosial yang memadai akibat perhatian orang tua yang sering teralihkan oleh gadget. Selain itu, minimnya dukungan emosional membuat mereka lebih sensitif dalam berhubungan dengan lingkungan sekitar.

Untuk mengatasi permasalahan ini, Dinkes Magetan bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk menjalankan program edukasi dan kegiatan fisik di sekolah.

“Kami melibatkan sekolah dalam berbagai kegiatan seperti olahraga dan pramuka guna mengurangi ketergantungan remaja pada gadget,” jelas Suwantiyo.

Selain itu, Dinkes Magetan juga mengedukasi para orang tua melalui kader kesehatan di masyarakat agar memahami pentingnya keseimbangan aktivitas bagi anak-anak, terutama yang berkaitan dengan interaksi sosial dan penggunaan gadget.

Dengan langkah-langkah tersebut, Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan berharap dapat mengurangi kasus gangguan mental pada remaja dan meningkatkan kualitas kesehat

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *