Tentang Makam Palsu di Mojokerto dan Ngawi, Dibongkar Karena Dianggap Sesatkan Sejarah

Wecarejatim.com, Mojokerto – Kasus makam palsu di Ngawi dan Mojokerto menjadi perhatian masyarakat karena dianggap mengaburkan sejarah leluhur.

Makam palsu ini diduga dimanfaatkan untuk keuntungan pribadi.

banner pulkada

Setelah melalui berbagai musyawarah, makam-makam ini akhirnya dibongkar oleh warga bersama sejumlah pihak.

Di Mojokerto, sebanyak 13 makam palsu yang berada di Situs Kumitir dibongkar untuk meluruskan sejarah leluhur.

Sementara di Ngawi, lima makam palsu di pekarangan pribadi juga dibongkar setelah pembuatnya mengakui bahwa makam tersebut tidak memiliki jenazah di dalamnya.

Berikut fakta-fakta pembongkaran makam palsu tersebut:

1. Makam Palsu di Mojokerto Dibongkar Demi Meluruskan Sejarah

Sebanyak 13 makam palsu di Desa Kumitir, Mojokerto, dibongkar oleh Pejuang Walisongo Indonesia Laskar Sabilillah (PWI LS) bersama Pemerintah Desa Kumitir dan komunitas budayawan.

“Makam-makam tersebut dibuat hanya berdasarkan mimpi dan klaim Habib Soleh yang tidak dapat diverifikasi,” ungkap Panglima Laskar Sabilillah Mojokerto, Athourrahman, Senin (13/1).

2. Berada di Situs Bersejarah Kumitir

Makam palsu itu berada di tanah kas desa (TKD) yang menjadi bagian dari Situs Kumitir, lokasi yang diyakini sebagai bekas istana Bhre Wengker dari zaman Kerajaan Majapahit.

“Berdasarkan sejarah turun-temurun, hanya ada dua makam asli di sini, yaitu Mbah Sagu dan Mbah Budiman,” jelas Kepala Dusun Bendo, Nirawang Pahalila.

3. Makam Palsu di Ngawi Berasal dari Firasat dan Mimpi

Di Ngawi, lima makam palsu ditemukan di pekarangan pribadi KH Khosim, yang sebelumnya digunakan untuk membuat batu bata merah.

“Nama-nama yang tertera pada batu nisan menyerupai ulama, seperti Syekh Maulana Muhammad Al-Misri dan Syekh Maulana Sahid Al-Multi,” kata Ketua PWI LS Ngawi, Budi Cahyono.

4. Pembuat Makam di Ngawi Mengakui Kepalsuannya

Budi Cahyono menyebut, pembuat makam di Ngawi telah mengakui bahwa makam tersebut tidak ada jenazah di dalamnya.

“Pembuat makam telah mengakui secara lisan dan tertulis bahwa makam tersebut palsu,” ujarnya.

5. Harapan Agar Tidak Ada Lagi Makam Palsu

Kedua kasus ini menjadi pembelajaran agar sejarah leluhur dilestarikan dengan benar. Kasus ini mengingatkan pentingnya menjaga keaslian sejarah dan mencegah upaya penyelewengan demi kepentingan pribadi.

“Sejarah leluhur kita harus dijaga dengan benar, bukan berdasarkan mimpi atau klaim yang tidak dapat dibuktikan,” tegas Athourrahman.

Sumber: Kompas.com/Mid

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *